Senin, 19 Maret 2012

 Indonesia Cuts Economic Growth Forecast Amid Global Financial Problems

The Finance Ministry has lowered its forecast for the nation’s economic growth this year to reflect the impact of the euro zone’s sovereign debt crisis and the global slowdown, Deputy Finance Minister Anny Ratnawati said.

The finance ministry cut its estimate to the range of 6.5 percent to 6.6 percent from the forecast of 6.7 percent that it set in the state budget in October.

Any change in the forecast must prompt legislators to amend the state budget because it affects the state’s spending plans and deficit. Proposals for budgetary changes might be made as soon as next month. “We have to consider the global economic situation and the euro zone crisis,” Anny said on Tuesday.

Analysts and economists in Jakarta said that demand from the euro zone and the United States for commodities from Indonesia may slow this year, which in turn might affect the country’s economic growth.

Finance Minister Agus Martowardojo said that Indonesia will be affected by the sovereign debt crisis in the euro zone, where demand is slowing for Chinese goods. Slowing demand will in turn reduce Chinese demand for goods from Indonesia, which mainly supplies commodities such as rubber, coal and crude palm oil to China.

Several international financial institutions have recently revised down their forecast on Indonesia’s economy this year. Manila-based Asian Development Bank, whose mission is to boost development and eradicate poverty in the region, reduced its forecast last month to 6.4 percent from 6.8 percent, citing the debt crisis in Europe.

The central bank, Bank Indonesia, cut its economic growth forecast to 6.3 percent this year from its original forecast of 6.7 percent. The economy expanded 6.5 percent last year, putting it ahead of emerging economy peers such as Malaysia and Thailand. It was also the fastest pace of growth since 1996.

Signs of weakness in exports have been felt since December. Export growth slowed to 2.2 percent from a year earlier after gaining 10.2 percent in November, Central Statistics Agency (BPS) data showed. It was the smallest increase since September 2009, when exports plunged by 19 percent.

Agus said the government was monitoring the global price for crude oil amid turmoil in the Middle East. Oil was recently quoted at $101.43 a barrel in New York trading. Indonesia imports some crude oil to meet demand and higher prices might widen the budget and cause fuel subsidy costs to rise. “We watch the conflict there closely,” Agus said.

Agus noted that the Indonesia Crude Oil Price, which Indonesia uses as a reference for oil, was at $124.90 per barrel at the end of January, higher than the $90 a barrel target it set in the 2012 state budget. The budget set a target of crude oil production at 950,000 barrels per day this year, up from last year’s 904,000 bpd output.

“We may also miss our oil production target,” Agus said.

Source :
http://www.thejakartaglobe.com 



TRANSLATE on INDONESIA BY Dri Windha

Indonesia Turunkan Target Pertumbuhan Ekonomi Di tengah Masalah Keuangan Global

Departemen Keuangan telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini untuk mencerminkan dampak krisis utang negara zona euro dan perlambatan global, Deputi Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengatakan.


Departemen Keuangan memangkas estimasi ke kisaran 6,5 persen menjadi 6,6 persen dari proyeksi 6,7 persen yang ditetapkan dalam APBN pada bulan Oktober.


Setiap perubahan dalam perkiraan harus meminta legislator untuk mengubah anggaran negara karena mempengaruhi pengeluaran negara rencana dan defisit. Usulan perubahan anggaran mungkin dibuat segera setelah bulan depan. "Kita harus mempertimbangkan situasi ekonomi global dan krisis zona euro," kata Anny, Selasa.


Para analis dan ekonom di Jakarta mengatakan bahwa permintaan dari zona euro dan Amerika Serikat untuk komoditas dari Indonesia dapat memperlambat tahun ini, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara itu.


Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan bahwa Indonesia akan terpengaruh oleh krisis utang negara di zona euro, di mana permintaan melambat untuk barang-barang Cina. Melambatnya permintaan pada gilirannya akan mengurangi permintaan China untuk barang-barang dari Indonesia, yang terutama pasokan komoditas seperti karet, batu bara dan minyak sawit mentah ke China.


Beberapa lembaga keuangan internasional baru-baru ini merevisi proyeksi mereka terhadap perekonomian Indonesia tahun ini. Yang berbasis di Manila Bank Pembangunan Asia, yang misinya adalah untuk meningkatkan pembangunan dan mengentaskan kemiskinan di daerah, mengurangi perkiraan bulan lalu menjadi 6,4 persen dari 6,8 persen, mengutip krisis utang di Eropa.


Bank sentral, Bank Indonesia, menurunkan target pertumbuhan ekonomi menjadi 6,3 persen tahun ini dari perkiraan semula sebesar 6,7 persen. Ekonomi tumbuh 6,5 persen tahun lalu, menempatkannya di depan teman perekonomian negara berkembang seperti Malaysia dan Thailand. Itu juga laju pertumbuhan tercepat sejak tahun 1996.


Tanda-tanda melemahnya ekspor telah dirasakan sejak Desember. Pertumbuhan ekspor melambat menjadi 2,2 persen dari tahun sebelumnya setelah mendapatkan 10,2 persen pada November, Badan Pusat Statistik (BPS) data menunjukkan. Ini adalah kenaikan terkecil sejak September 2009, ketika ekspor anjlok hingga 19 persen.


Agus mengatakan pemerintah sedang memantau harga global untuk minyak mentah di tengah kekacauan di Timur Tengah. Minyak baru-baru ini dikutip pada $ 101,43 per barel di perdagangan New York. Indonesia mengimpor beberapa minyak mentah untuk memenuhi permintaan dan harga lebih tinggi mungkin memperluas anggaran dan menyebabkan biaya bahan bakar subsidi naik. "Kami melihat ada konflik erat," kata Agus.


Agus mencatat bahwa Indonesia Crude Oil Price, dimana Indonesia menggunakan sebagai acuan untuk minyak, berada di $ 124,90 per barel pada akhir Januari, lebih tinggi dari $ 90 per barel target itu ditetapkan dalam APBN 2012. Anggaran menetapkan target produksi minyak mentah 950.000 barel per hari tahun ini, naik dari 904.000 bph keluaran tahun lalu."Kami juga dapat kehilangan target produksi minyak kami," kata Agus.

sumber :
http://www.thejakartaglobe.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar